BATANGHARI - Masih ingat betul pada Jumat (21/01/2022) Pagi lalu saya melihat Bang Herman tengah duduk santai di lapak penjual gorengan tepatnya di pinggir Jalan Simpang Ness, Desa Sungai Buluh, Kecamatan Muara Bulian.
Saat ku sapa dengan membunyikan klakson motorku, ia membalas dengan senyum ramah ciri khasnya, “mampir wi,” ujar Mendiang Herman waktu itu.
“Habis ngantar bini, aku mampir lah mau ngobrol dengan Bang Herman," ujarku dalam hati.
Tapi, sepulang mengantar istri kerja, aku justru lupa untuk mampir, niatku ingin kembali bertemu di lain waktu untuk berbincang dengan mendiang, sekalian mengingat masa berjuang bersama pada 2020 lalu.
Namun, Minggu pagi sekira pukul 10.30 WIB, aku mendengar kabar mengejutkan, bahwa Bang Herman mengalami kecelakaan dan meninggal di tempat saat hendak pulang ke kediamannya. Sontak saja aku termenung merasa tak percaya dengan apa yang aku dengar dari temanku Rudi Siswanto saat itu.
Kami pun menuju ke rumah duka, terlihat bendera kuning sudah berkibar di dekat rumah Bang Herman, kami pun turun dari kendaraan dan berjabat tangan dengan kerabat dan penduduk setempat.
Terlihat satu persatu teman-teman dan kerabat mendiang mulai berdatangan ke rumah duka. Dari semua yang hadir, semua mengatakan bahwa mendiang orang yang baik, ramah, dan murah senyum.
Aku pun masih tak percaya rasanya dengan kabar duka yang aku dengar, aku mulai mengumpulkan mental dan memberanikan diri untuk melihat secara langsung jasad mendiang yang sudah dimasukkan ke dalam peti mati.
Salah satu keluarga Bang Herman pun memperbolehkan diriku untuk melihat wajahnya untuk terakhir kali, melihat tubuhnya sudah terbaring kaku, tak terasa air mataku menetes dan ada rasa menyesal karena niat ku untuk berbincang dengan Bang Herman justru berakhir seperti ini.
Sembari menatap wajah mendiang, terlintas kenangan kami saat berbincang santai dengan mendiang beberapa bulan lalu. Aku pun sempat menanyakan apa project yang akan Bang Herman jalani ke depan.
“Kalau abang dak pening wi, jalani be macam ni, adolah beberapa orang nawari abang untuk jadi pegawai honor, tapi abang dak mau. Abang dak biso terikat wi, abang ni orang bebas,” ujarnya kepadaku.
Banyak kisah yang ingin ku ceritakan tentang kebaikan mendiang Bang Herman. Bahkan saat aku membuka sosmed, banyak ucapan bela sungkawa dari rekan dan kerabat, yang menandakan bahwa mendiang orang yang banyak memberikan kenangan baik kepada orang lain.
Masih terngiang merdu suara mendiang saat melantukan lagu Relawan Fadhil-Bakhtiar, dan juga lagu-lagu yang ia lantunkan saat mengisi acara di beberapa event dan caffé-caffé.
Kini, musisi bersuara merdu itu sudah pergi, hanya doa terbaik yang dapat kami panjatkan, selamat jalan Bang Herman, karya dan kebaikan mu akan selalu menjadi kenangan bagi kami, Rest In Peace. (*)