BATANGHARI DI TENGAH MASYARAKAT MELAYU JAMBI (5)

Musri Nauli


Opini : Musri Nauli

Sebelumnya Dusun Tebing Tinggi termasuk kedalam Marga Pemayung Ulu yang kemudian menjadi bagian dari Kecamatan Muara Bulian. Namun kemudian dimasukkan kedalam Kecamatan Pemayung yang sebelumnya merupakan Marga Pemayung Ilir.

Rantau Puri berarti “Rantau” dan Puri. Puri diartikan “anak kandung”.  Sesuai Seloko “setaburan ayam brugo”, maka “puyang” nenek Betet diberi tanah yang kemudian dikenal dengan nama Rantau Puri.

Disebut sebagai Dusun Sungai Baung karena disungai ini terdapat banyaknya ikan baung. Ikan baung adalah ikan khas di Jambi terutama di daerah hilir. Sedangkan ikan yang terdapat di hulu dikenal ikan Semah.

Disebut Dusun Olak atau Dusun Olahan karena terdapat air yang deras. Sehingga sering tenggelam penduduk disana.

Dusun Singoan diperkirakan adanya Singa. Disebut dusun Teratai karena didusun ini terdapat Bunga Teratai.

Sedangkan Dusun Durian Hijau karena dusun ini menghasilkan Durian yang hijau. Sementara versi lain menyebutkan Durian Hijau berasal dari Datuk Bilah Tua.

Napal Bersisik adalah dimana napalnya kemudian bersisik.

Sementara Muara Bulian, karena di Muara Sungai terdapat “rimbo bulian” atau terdapatnya hutan yang memang banyak pohon bulian. Bulian adalah tanaman khas Jambi yang terkenal “kekokohannya”, kebal dari rayap dan kuat. Sebagian orang juga menyebutkan “kayu besi”. Ada juga menyebutkan Muara Bulian dengan “Pangkal Bulian.

Sedangkan Cerita tentang Bajubang berasal dari kata “nama ikan”. Ikan yang lari ke laut. Sehingga dikenal Bajubang ke laut dan Bajubang di darat.

Setiap dusun dipimpin oleh Penghulu. Penghulu kemudian dibantu oleh Mangku yang menguasai Kampung.

Didalam perkembangannya berdiri Desa-desa baru yang bagian dari Marga Pemayung Ulu. Desa Sridadi merupakan wilayah Dusun Muara Bulian. Sedangkan Sungai Buluh merupakan wilayah Dusun Bajubang Darat.

Nama-nama Dusun kemudian masuk kedalam Kecamatan Muara Bulian kecuali Dusun Tebing Tinggi, Dusun Olak Rambahan, Dusun Kubu Kandang yang dimasukkan kedalam Kecamatan Pemayung.

Sehingga Kecamatan Pemayung terdiri dari Desa Awin, Desa Kaos, Desa Kuap, Desa Kubu Kandang, Desa Lopak Aur, Desa Lubuk Ruso, Desa Olak Rambahan, Desa Pulau Betung, Desa Pulau raman, Desa Selat, Desa Senaning, Desa Serasah, Desa Simpang Kubu Kandang, Desa Tebing Tinggi, Desa Teluk, Desa Teluk Ketapang dan Desa Ture.

Sedangkan Kecamatan Muara Bulian terdiri dari Desa dan Kelurahan yaitu Desa Aro, Desa Bajubang Laut, Desa Kilangan, Desa Malapari, Desa Muara Singoan, Desa Napal Sisik, Desa Olak, Desa Pasar Terusan, Desa Rambahan, Desa Rantau Puri, Desa Simpang Rantau Puri, Desa Singkawang, Desa Sungai Baung, Desa Sungai Buluh, Desa Tenam dengan 4 kelurahan. Yaitu Kelurahan Muara Bulian, Kelurahan Pasar baru, Kelurahan Rengas Condong, kelurahan Sridadi dan kelurahan Teratai. 

Marga Pemayung kemudian terdiri dari Marga Pemayung Ulu dan Marga Pemayung Ilir. Wilayah Pemayung Ilir “dari batas kubu kandang laut (ulu) sampai Kaos” hingga dusun Kaos. Sedangkan Marga Pemayung Ulu dari “batas Kubu kandang ke Ulu hingga Sungai Baung di Pangkal Bulian. Istilah Pangkal Durian adalah istilah digunakan Pemayung Ulu yang terletak di Muara Bulian. Marga Pemayung Ulu berkedudukan di Sungai Baung.

Sejarah Marga Pemayung Ilir tidak dapat dilepaskan dari kisah Pangeran Prabo yang berasal dari Kerajaan Tanah Pilih Jambi. Maka dikenal nama “Kemas” atau “Raden”. “Kemas” dan “Raden” merupakan keturunan Raja.

Selain itu dikenal penggunaan kata “seperti “kulo” atau “pundi”. Kata “Kulo” menggantikan kata “sayo (Saya) yang biasa dikenal di Jambi.

Kata “pundi” dapat dilihat dari percakapan.

“Mau kemano, tuk ?’.

“Datuk mau ke pundi..”.

Artinya kata “pundi” … Datuk nak kesana, cung”.

Sebagai kekuasaan kerajaan Tanah Pilih, maka Rajo kemudian menyusuri Sungai Batanghari untuk melihat wilayah Kerajaan Tanah Pilih. Menggunakan perahu yang dikenal dengan cara “mengayuh mencalang”. Setiap pemberhentian maka diperlukan “kermit” untuk mengabarkan kampong sebelumnya. Biasa dikenal “kemit”. Di Marga Pemayung Ulu di Kuap maka telah menunggu pula “kemit” untuk mengayuh perahu (ngayuh mencalang). Dengan demikian maka Kermit selain bertugas mengayuh perahu (ngayuh mencalang), kermit juga “pemayung Rajo”.

Kermit bertugas “disuruh pergi. Dipanggil datang’. Melihat tugasnya maka “Kermit” juga dikenal sebagai “kepak rambai hululang”. “Menjemput yang tinggal. Mengangkat yang berat.

Selain itu dikenal “Debalang rajo’ yang berkedudukan di Dusun Kuap. Orang Kuap terkenal dengan omongan yang tegas dan keras. Sebagai keturunan “debalang Rajo”. Debalang Rajo juga bertugas kepada rakyat Jambi “agar bersatu padu. Untuk masyarakat sejahtera”.

Dusun asal atau Dusun Tuo yang termasuk kedalam Marga Pemayung Ilir terdiri dari Dusun Kubu kandang, Dusun kuap, Dusun Senaning Tanjung Jati, Dusun Lubuk Ruso, Dusun Tengah, Dusun Teluk Ketapang, Dusun Serasah, Dusun Ture,  Dusun Pulau Betung, Dusun Lopak Aur, Dusun Selat, Dusun Kampung Baru, Dusun Teluk, Dusun Pulau Raman dan Dusun Kaos.

Dusun Serasah kemudian dikenal Desa Jembatan Emas. Pusat Pemerintahan Kecamatan Pemayung.

Sedangkan Marga Pemayung Ulu dikenal dusun asal seperti Dusun Rantau Puri, Dusun Bajubang Laut, Dusun Tebing Tinggi, Dusun Sungai Baung, Dusun Olak, Dusun Muara Sengoan, Dusun Ulu Bulian.

Sedangkan menurut Cikman, Ketua Lembaga Adat Kecamatan Pemayung, Dusun-dusun yang termasuk kedalam Marga Pemayung Ulu adalah Dusun Kuap, Dusun Kubu Kandang, Dusun Tebing Tinggi, Dusun Rantau Puri, Dusun Bajubang Darat, Dusun Sungai Baung, Dusun Aro, Dusun Olak, Dusun Singoan, Dusun Teratai, Dusun Durian Hijau, Dusun Napal Sisik, Dusun Muara Bulian. Dusun Tenam.

Sebelum dikenal Dusun Lubuk Ruso dikenal nama Dusun Danau Bangko. Disana terdapat Sungai. Istilah Bangko disebabkan “ilirlah lapik Bangko’. Lapik adalah tikar. Maka arti “ilirlah lapik Bangko” adalah “mengilir tikar dari Bangko”. Atau “hanyut tikar dari Bangko”. Maka kemudian disebut Sungai Danau Bangko.

Sungai Danau Bangko terdapat Rusa. Disebabkan banyaknya Rusa, maka dipanggillah rakyat untuk berburu rusa. Rusa dijaring. Kemudian rusa lari ketepi sungai. Rusa kemudian terperosok ke sungai. Sehingga rusa masuk kedalam “lubuk” di Sungai Danau Bangko. Karena masuk kedalam Lubuk, rusa kemudian tidak ditemukan. Maka Raja kemudian menetapkan sebagai Lubuk Ruso. Dan kemudian tidak lagi dikenal sebagai Dusun Danau Bangko.

Sejarah Dusun Senaning dimulai dari kisah “adanya kapal”. Sesampai di Dusun kemudian disandarkan dengan mengikat talinya. Didalam Kapal terdapat Bujang Senaning.

*Data dari berbagai sumber 

Advokat. Tinggal di Jambi