Nasib Warga Muara Bulian, Usaha Jualan Bangkrut Hingga Debu Masuk Kamar

Warga Kecamatan Muara Bulian melakukan aksi pemblokiran jalan terhadap sopir angkutan batubara/foto:Bulian.Id

BATANGHARI,BulianId  Perseteruan antara masyarakat dan sopir armada batubara sepertinya selalu memasuki babak baru, hal itu dapat dilihat dengan terjadi aksi pemblokiran jalan oleh ratusan warga Kecamatan Muara Bulian. Bahkan aksi mereka dibalas oleh beberapa oknum sopir batubara, mereka dengan sengaja memarkirkan dengan cara mematikan mesin kendaraan tepat di tengah jalur lintas Provinsi Jambi di jalan Jendral Sudirman, Muara Bulian.

Tentunya aksi pemblokiran jalan yang dilakukan selama beberapa hari ini dikarenakan banyak faktor dan juga adanya beberapa tuntutan kepada pemerintah tepatnya Pemprov Jambi.

Saat dikonfirmasi Bulian.Id, Samingan warga RT 21, Kelurahan Rengas Condong dengan didampingi oleh beberapa ketua RT menyebutkan, aksi pemblokiran jalan ini dilakukan oleh gabungan beberapa RT dan kelurahan yang ada di Kecamatan Muara Bulian.    

“Kami masyarakat Batanghari khususnya Muara Bulian, mengimbau pejabat yang di atas, tolong perhatikan nasib kami juga. Memang kita sama-sama mencari makan, tetapi jangan saling mengganggu,” ujarnya, Minggu (21/05/2023).

Menurutnya, dengan makin maraknya angkutan batubara dalam beberapa tahun terakhir ini, masyarakat justru mendapatkan dampak yang negatif.

“Masyarakat banyak kena imbas, bukan keuntungan yang didapat, justru sesak nafas karena menghirup debu jalan. Rumah makan, bengkel dan usaha jualan lainnya banyak yang tutup karena penuh dengan debu jalan rusak, akhirnya tidak laku,” bebernya.

Kondisi salah satu ruas jalan di Jalan Jendral Sudirman, Muara Bulian/foto:Bulian.Id
Tidak hanya itu saja, sebagai warga setempat, ia juga meminta agar oknum-oknum sopir batubara tersebut tahu diri dalam penggunaan jalan lintas tersebut.  

“Kadang sopir BB ni sudah tahu jalan sempit, masih juga tidak mau mengalah, bahkan sesama sopir BB pun saling dulu-duluan. Bahkan terkadang ada sopir yang nekat melawan arus,” ungkapnya.  

“Kadang di pagi, siang dan sore hari mereka parkir di bahu jalan. Tolonglah pengertiannya, Karena di sini juga banyak sekolahan, anak-anak sekolah sangat ramai di jam-jam pagi dan siang, mulai dari TK, SD, SMP dan SMA/SMK,” tambahnya.

Karena geram dengan ulah sopir-sopir tersebut, dan juga kurang tegasnya pemerintah dalam menangani masalah ini, maka warga pun bergerak bersama untuk melakukan aksi pemblokiran jalan.

“Mungkin jika pemerintah tidak bisa, maka kami yang harus mengatasi. Ini beruntung kondisinya sudah hujan, kalau cuaca lagi panas, debu sangat tebal menutupi pandangan kami,” tutur Samingan.  

Lanjutnya, jika pemerintah tidak segera memperbaiki jalan lintas provinsi tersebut, maka warga setempat tetap sepakat untuk terus melanjutkan aksi pemblokiran jalan ini.

"Kalau memang tidak ada negosiasi yang baik, mungkin masyarakat akan bertindak lain. Namun kita tidak ingin terjadi aksi yang anarkis, kita ingin situasi tetap kondusif,” sebutnya.

Sebut Samingan, warga berharap pemerintah segera memperbaiki jalan dan mencari solusi terbaik terkait angkutan batubara yang ada di Provinsi Jambi ini, khususnya yang melintasi wilayah Kabupaten Batanghari.

“Tolong kepada pemerintah cari solusi yang bagus. Kalau bisa buat jalan khusus untuk BB secepat mungkin. Kalau korban jangan dihitung, dari semenjak ada batubara sudah menelan ratusan korban kecelakaan,”ungkapnya.

Dikatakannya, dalam dua tahun terakhir, jalan lintas provinsi ini semakin parah kerusakannya. Namun pemerintah seakan enggan peduli dengan kondisi masyarakat khususnya pengguna jalan di wilayah Batanghari.

“Bukan diperbaiki dengan mengaspal, malah ditimbun menggunakan material kerikil saja. Kerikil bertebaran dimana-mana,debu kami yang menghisap. Toko di sini merugi, mulai dari toko kue, manisan, lontong, sudah banyak yang tutup. Bahkan toko manisan milik ketua RT juga tutup, debu pun sampai masuk kamar,” pungkasnya. (ANI)